Salah besar jika kita masih menganggap Instagram hanya sebagai aplikasi jejaring sosial untuk berbagi foto dan memperluas lingkaran pertemanan. Sebab fungsi aplikasi ini sudah berkembang menjadi media untuk mempromosikan produk jualan, bahkan untuk berbelanja.
Data mengenai Instagram yang dikompilasi Hootsuite menunjukkan, sebanyak 1 miliar orang di dunia mengakses Instagram setiap bulan. Dari jumlah itu, sebanyak 81 persen pengguna Instagram memanfaatkan aplikasi ini untuk meriset produk dan jasa. Kemudian sebanyak 130 juta pengguna memanfaatkan Instagram untuk berbelanja.
Berangkat dari data tersebut, sulit rasanya bagi Teman Ninja untuk tidak melirik Instagram sebagai media pemasaran produk atau jasa. Namun masalahnya, Teman Ninja kerap menemui sejumlah mitos mengenai Instagram Marketing yang justru menghambat penjualan produk atau jasa, alih-alih membuatnya laris.
Oleh karena itu, agar tidak terjebak pada mitos tersebut dan tidak membuat semangat jualan menjadi kendur, Teman Ninja mesti mengenali mitos dalam Instagram Marketing berikut ini.
1. Satu Akun untuk Semua
Membuat satu akun untuk menampilkan dan mempromosikan katalog produk dan jasa sekaligus memang tampak sempurna. Namun cara ini dapat mengakibatkan kebingungan bagi pengunjung akun. Sebab konten yang ada akan bercampur aduk antara katalog yang berfungsi sebagai etalase dan konten promosi untuk pemasaran.
Agar fokus konten tidak berkurang, Teman Ninja dapat membuat sekurang-kurangnya dua akun untuk berjualan. Pertama, akun yang memuat konten katalog produk dan jasa. Kedua, akun yang memuat konten ringan untuk menjaring peminat produk dan jasa sekaligus melakukan soft marketing.
Teman Ninja, misalnya, berjualan masker ala Korea. Akun pertama menampung konten katalog masker, sedangkan konten kedua memuat informasi seputar drakor atau hal ihwal seputar industri hiburan Korea. Di sela-sela pemuatan konten hiburan tersebut, Teman Ninja dapat memasarkan produk masker ala Korea dan memberikan tautan atau akun rujukan ke akun pertama. Cara ini akan terasa lebih halus dan menarik bagi calon pelanggan.
Baca: 6 Tips Memulai Instagram Marketing bagi Pemula
2. Jumlah Pengikut Berpengaruh pada Penjualan
Teman Ninja mungkin khawatir saat mendapati jumlah pengikut yang sedikit pada akun Instagram. Kekhawatiran itu tentu berkaitan dengan potensi penjualan produk dan jasa. Tenang saja! Sebab jumlah pengikut tidak paralel dengan jumlah produk dan jasa yang terjual. Artinya, akun dengan jumlah pengikut yang sedikit tetap mampu menarik minat calon pembeli.
Salah satu caranya adalah dengan membangun lalu lintas (traffic) dan keterikatan (engagement) dengan pengunjung. Sebab kedua hal itu merupakan kunci sukses di Instagram.
Teman Ninja, misalnya, dapat secara rutin membuat unggahan kreatif, seperti siaran langsung atau konten terkonsep di Instagram story. Berbagi video dan mengunggahnya di IGTV juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan traffic dan engagement.
3. Akun Dikunci untuk Menambah Jumlah Pengikut
Karena memercayai mitos jumlah pengunjung yang paralel dengan jumlah penjualan, tidak sedikit pelaku usaha yang kemudian mengunci akunnya dan berharap agar cara ini dapat menambah jumlah pengikut. Ini merupakan mitos dari mitos yang mesti dihindari oleh Teman Ninja.
Akun jualan yang dikunci tidak selamanya membuat penasaran calon konsumen sehingga memutuskan untuk mengikuti akun tersebut. Ibarat toko fisik, semestinya, akun jualan dibuka sehingga dapat diakses oleh semua orang.
Jika katalog produk saja sulit diakses pengunjung, jangan salahkan kalau kemudian calon konsumen akan langsung berpindah hati. Sebab calon konsumen punya hak istimewa untuk mencari akun lain yang lebih terbuka untuk dilihat-lihat.
Baca: 6 Teknik Bikin Caption Media Sosial yang “Menjual”
4. Promosi Produk di Feed
Membuat banyak konten untuk diunggah di feed Instagram memang tidak sepenuhnya keliru. Namun agar dampak promosi dapat menjangkau khalayak, Teman Ninja dapat memanfaatkan fitur Instagtam story lebih banyak. Sebab lewat fitur ini, konten terunggah dapat dilihat oleh banyak pengunjung di luar pengikut akun.
Hal ini selaras dengan data Hootsuite yang menunjukkan sebanyak 58% pengguna banyak yang kemudian tertarik pada produk dan jasa setelah melihat unggahan di Instagram story. Bahkan 50% di antaranya memutuskan untuk membeli produk dan jasa setelah melihat konten promosi di Instagram story.
Teman Ninja dapat memanfaatkan fitur Instagram story yang gratis ataupun berbayar. Tentu saja jangkauan konten dari Instagram story yang berbayar lebih luas dan terarah daripada yang gratis.
5. Platform Instagram untuk Menarik Pembeli
Mitos lain yang kerap ditemui pelaku usaha adalah aplikasi Instagram dapat menarik pembeli. Meski tidak sepenuhnya salah, namun, sebenarnya, premis yang tepat adalah platform Instagram dapat mendatangkan prospek atau peminat produk dan jasa, alih-alih pembeli.
Dengan demikian, agar prospek tersebut kian meningkat, Teman Ninja mesti tetap berfokus pada upaya peningkatan traffic dan engagament pengunjung untuk akun jualan. Jika diperlukan, Teman Ninja juga dapat beriklan seperlunya untuk mendapatkan jangkauan pengunjung lebih luas.
Baca: 7 Tips Tingkatkan Penjualan Menggunakan Media Sosial
6. Membuat Hashtag Sebanyak-banyaknya
Memanfaatkan tagar atau hashtag memang memperluas jangkauan sebuah akun. Namun menyertakan tagar terlalu banyak juga justru dapat merugikan akun itu sendiri. Sebab tujuan awal tagar untuk akun jualan adalah untuk mengklasifikasikan konten. Dengan begitu, pengunjung dapat mencari konten yang diinginkan pada akun tersebut dengan mudah hanya dengan mengetikkan tagarnya.
Jika tetap berusaha untuk mengikuti tren tagar yang sudah ada, konten atau akun Teman Ninja malah dapat tertimbun oleh akun dengan jumlah like dan komentar yang banyak atau pengikut yang melimpah. Karena itu, jumlah tagar ideal sebaiknya tidak lebih dari 11 dan betul-betul menampilkan informasi yang relevan dengan produk dan jasa.
7. Promosi lewat Endorser Tidak Perlu Distribusi Konten
Banyak pelaku usaha yang merasa tugas promosi sudah selesai saat mereka telah menggunakan jasa endorser. Padahal, konten yang dihasilkan oleh endorser ini masih dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk dan jasa.
Jadi, alih-alih membiarkannya tergeletak pada feed, konten dari endorser itu dapat didistribusikan lagi untuk memperluas jangkauan pengunjung dan menarik mereka ke akun jualan. Caranya dapat dilakukan lewat pemanfaatan Instagram story yang gratis atau berbayar. Tanpa upaya ini, konten dari endorser hanya akan berkutat pada ruang lingkup yang kecil.
Jadi, jangan sampai ada Teman Ninja yang menjadi korban mitos Instagram marketing, ya. Tetaplah semangat untuk berjualan dan mempromosikan produk dan jasa di Instagram!